Laman

Kamis, 11 November 2010

WANITA RACUN DUNIA

Pagi itu di koridor kampus Tunas Harapan Bangsa Bahagia Adil Sejahtera (puh. Nama kampusnya kok kayak semboyan negara) Jhonny berjalan penuh percaya diri. Tidak dihiraukan kesibukan mahasiswa lain di sekelilingnya. Berkali-kali senyumnya mengembang. Siapa pun yang melihat si Jhonny yang senyam-senyum sendiri pasti heran dibuatnya. Nah, biar tidak salah sangka dan atas dasar praduga tak bersalah mari kita dengar apa yang ada di hati si Jhonny, mahasiswa kita yang satu ini.
“Sebentar lagi aku diwisuda, mengantongi ijazah sarjanah. Artinya impianku untuk menjadi eksekutif muda akan aku raih”. Begitu kata Jhonny di dalam hati. Tangannya mengusap rambut kepala dengan penuh gaya. Jelas-jelas gayanya itu ia jiplak dari adegan film di layar televisi.
Masih dengan senyum tengik menghiasi bibir, khayalan Jhonny pun berlanjut “Sebagai eksekutif muda dengan gaji jutaan, naik-turun mobil sedan, tentu akan banyak gadis yang berebut ingin aku ajak kencan hi..hi..”.
Jhonny masih berjalan dengan anggun ketika tiba-tiba dari dalam kelas yang baru saja ia lewati terdengar lolongan memanggil namanya. “Jhon….!”. teriak Linda.
Jhonny terperamjat. Secara replek ia menoleh keasal suara. Demi mengetahui siapa yang memanggil, Jhonny mempercepat langkah kakinya.
“Jhon, tunggu!”. Kembali terdengar teriakan Linda. Kembali Jhonny tak perduli, pura-pura tidak mendengar dan kembali mempercepat langkah kakinya.
Sial bagi Jhonny. Ibarat perburuan, lolongan pemangsa yang satu mengundang pemangsa yang lain. Dari dua kelas yang berbeda muncul Ayu dan Tanti. Singkat kata, singkat cerita, terjadilah kejar-kejaran antara Linda, Ayu dan Tanti sebagai pemburu dan Jhonny sebagai buruannya. Nasib Jhonny mirip copet yang sedang dikejar-kejar polisi. Pada sa’at itu, dengan penuh keluh-kesah Jhonny berkata di dalam hati “Oh Tuhan, aku tahu aku penuh pesona. Aku tahu suatu sa’at akan banyak gadis yang mengejarku. Tapi itu nanti kalau gajiku sudah jutaan, aku sudah naik-turun mobil sedan, bukan sekarang ini. Belum lagi aku jadi eksekutif muda”.
Tak ayal adegan kejar-kejaran itu menjadi tontonan gratis di pagi hari bagi para mahasiaswa kampus Tunas Harapan Bangsa Bahagia Adil Sejahtera.
Sementara itu, masih di kampus yang sama, Naila baru saja keluar dari perpustakaan. Tidak seperti hari–hari biasanya, hari ini perpustakaan nampak sepi. Ketika ia sedang membaca daftar buku baru di perpustakaan itu Naila melihat seorang pejantan lari pontang–panting menuju ke arah perpustakaan. Sedang di belakang si pejantan, tiga orang mahasiswi berusaha mengejarnya. Keempat orang lain itu tidak lain dan bukan mereka adalah Jhonny, Linda, Ayu dan Tanti. Naila benar–benar heran dibuatnya.
Tidak terlalu jauh dari tempat Naila berdiri, sekitar 15 meter, si pejantan menghentikan langkahnya. Nafasnya memburu. Kemeja yang ia kenakan basah oleh keringatnya sendiri. Badannya ia condongkan ke depan dengan kedua tangan bertopang pada lutut seperti orang yang sedang setengah ruku. Nampak jelas ia kelelahan.
Keadaan nampak tegang ketika para pemburu itu satu-persatu berdatangan mengepung sang calon korban. Celaka lagi Jhonny, sekarang tidak ada lagi celah baginya untuk meloloskan diri.
Naila masih terpaku ditempatnya. Masih dengan keheranan yang sama ketika Jhonny bangkit berdiri dan berkata “Aku tahu dunia semakin gila dan sebentar lagi kiamat akan tiba tapi aku tak menyangka kalian seagresif ini”.
Para pemburu itu saling bertukar pandang. Kemudian secara persamaan mereka menyalak kepada Jhonny “ Diam kau!”.
Dengan gaya bagai playboy cap kaki lima yang sedang diperebutkan kaum Hawa, Jhonny berucap “Aku harap kalian bisa bersikap lebih dewasa”. Ditutup dengan seringai tengik menyebalkan.
Di tempat ia berdiri, Naila semakin heran demi meliahat gaya Jhonny. Lebih heran lagi karena ia tidak tahu dari segi manakah para wanita itu memuja sang pria sampai mereka mau berkompetisi sedemikian rupa.
“Jhon…”. Kembali terdengar suara dari para pemburu.
“Oke-oke, tapi tolong satu-persatu”. Jawab Jhonny.
“Aku dulu!”. Serentak. Kembali terdengar kor dari para pemburu saling berebut menjadi yang pertama.
“Sekarang pun kalian tak mau saling mengalah”. Ucap Jhonny masih dengan gaya tengik playboy cap kaki lima.
Naila mengerutkan dahi. Tanpa kata tapi jelas kebingungan.
Bak seorang mediator dalam situasi rumit di meja perundingan Jhonny mengajukan saran “Begini saja. Lebih baik kalian bermusyawarah dulu. Nanti kalau sudah ada kata mufakat baru kalian cari aku, oke?”. Demikian sarannya. Tentu saja semua orang tahu saran itu dikemukakan agar ia dapat melarikan diri.
Benar saja. Baru saja Jhonny mau melangkahkan kaki, dengan sigap para pemburu itu menarik bajunya. “enak saja, tunggu disini!”. Hardik Linda. Matanya melotot.
“Tenang-tenang. Aku harap kalian mau sedikit bersabar. Aku cukup kuat kok melayani kalian bertiga. Tapi ya itu tadi tolong satu-persatu”. Balas Jhonny dengan kerlingan mata khas calo tiket mudik lebaran di terminal pulogadung.
Tak kalah dari Linda Ayu membentak “Tutup mulut besarmu!".
Naila jelas makin penasaran. Jampi pelet dari dukun mana yang digunakan oleh si hudung belang yang satu ini sampai dapat menaklukan hati tiga orang wanita sekaligus? Tanya Naila dalam hati.
“Pokoknya aku dulu karena aku sudah telat satu bulan”. Ucap Linda memberi alasan.
“Enak saja, aku dulu. Aku sudah telat dua bulan”. Aku Ayu.
Mata Naila melotot.
“Aku tiga bulan”. Sekarang Tanti yang memberi pengakuan.
“Apa!” Pekik Naila tanpa sadar.
Jhonny, Linda, Ayu dan Tanti menoleh keasal suara. Sekarang mereka baru sadar ada orang lain yang sedang memperhatikan mereka. Pada Naila Jhonny tersenyum dengan penuh kebanggaan. Lalu katanya “Hebat bukan?”.
“Tutup mulut besarmu!” bentak para pemburu pada Jhonny. “ ini tidak seperti yang kamu kira”. Pada Naila.
Sumpah mati Naila jadi salah tingka, malu, merasa bersalah, singkat kata, keadaan Naila seperti maling ayam ketahuan mencuri oleh warga sekelurahan. mati kutu. Dalam hati Naila mengutuki kebodohannya karena tidak bisa menjaga mulutnya sendiri. Ingin rasanya ia pergi dari tempatnya berdiri tapi jangankan untuk bergerak sekedar bernafaspun terasa berat. Kepalang basah, pikirnya. Akhirnya Naila hanya bisa berharap semoga mereka segera lupa akan kehadiran dirinya di tempat itu.
Entah karena do’a Naila yang terkabul atau karena sebab yang lain, yang pasti keempat orang itu kembali sibuk dengan urusan mereka yang sempat tertunda tadi.
“Ya sudah yang tiga bulan dulu”. Kata Jhonny pada Tanti. Tanti mengambil kertas dari dalam saku baju kemudian menyerahkannya kepada Jhonny. Jhonny mengambilnya, membaca kemudian menatap Tanti seakan tidak percaya.
“Iya. Dua buku satu kamus. Total Rp. 180.000. cepat bayar!” Tanti menerangkan isi catatannya. Sekarang terang sudah pokok masalahnya bagi Naila, soal hutang-piutang!.
“Ayolah berbaik hatilah sedikit”. Rengek Jhonny memelas. Entah kemana gaya tengik yang tadi ia peragakan.
“Kurang baik bagaimana, Sudah tiga bulan Jhon…?”. Protes Tanti.
“Setengahnya dulu ya?”.
“No! Sekarang! Lunas!”.
Dengan enggan Jhonny mengambil dompet dari satu belakang celana jinsnya. Mengambil sejumlah uang yang diminta kemudian menyerahkan ke Tanti “Senang berbisnis denganmu” katanya.
“”Huh…!” dengus Tanti kemudian pergi.
“Sekarang yang….”. belum tamat kalimat Jhonny, Ayu langsung memotong “Dua bulan. Rp. 100.000”.
“Besok saja ya? Kamu kan tadi lihat sendiri baru saja aku dirampok dan lagi uang ini akan aku pakai untuk bayar wisuda”.
“Bukan urusanku” jawab Ayu ketus
Dengan Terpaksa Jhonny mengambil 2 lembar uang pecahan Rp. 50.000-an kemudian menyerahkannya ke Ayu “Ini” .
Cepat-cepat Ayu menyambar uang dari Jhonny dan secepat itu juga ia pergi.
“Sekarang giliranku Jhon…”. Linda mengingatkan
“Oh, masih ada tho?”. Jhonny pura-pura kaget.
“Cepat. Rp. 120.000”.
“He..he… hari ini kamu cantik deh”. Rayu Jhonny
“Terima kasih...” Jawab Linda dengan senyum dibuat-buat “Cepat bayar!”. Sambungnya dengan garang.
Kembali sejumlah uang dari dompet Jhonny berpindah tangan.
Setelah kepergian para pemburunya tinggal Jhonny meratapi diri dalam hati “Memang benar kata sebuah lagu, kalau wanita itu racun dunia. Lihatlah nasibku ini. Belum lagi aku menikmati gaji bulananku yang jutaan, belum lagi kurasakan enaknya naik-turun mobil sedan, belum lagi aku jadi eksekutif muda. Belum apa-apa aku bangkrut karena wanita”.
Mengingat soal wanita. Jhonny jadi ingat ada seorang wanita lagi yang berada tidak jauh dari dirinya. Ia pun menengok ke tempat Naila berdiri. Sungguh tindakan yang akan ia sesali karena disana Naila menghadiahinya sebuah senyuman yang penuh dengan ejekan. Lalu pada Jhonny Naila berkata “Hebat bukan”.

TAMAT

Jumat, 06 Agustus 2010

ADAM DAN EVA

Ingatlah do’a Adam pada Tuhan
Aku lemah dalam kesendirian
Ciptakan bagiku teman dalam kehidupan
Tuhanpun bersabda:
“Ini Kuambil satu, Kuciptakan satu dari tulang rusukmu”
Dengan sabda Tuhan Adam tercipta
Dengan sabda Tuhan Eva-pun ada
Andai kata bisa mewakili isi hati dan perasaan
Ketahuilah cintaku lebih dalam dari puisi dan sya’ir lagu
Kalau memang kau tercipta dari tulang rusukku
Salahkah aku mencintai bagian dari milikku

Kamis, 24 Juni 2010

PUISIKU

Puisiku puisi kehidupan
Bukan ucapan di ujung lidah
Bukan tulisan di atas kertas
Puisiku puisi kenyataan
Kata-katanya adalah perbuatan
Bahasanya adalah bahasa diam
Kutulis bait demi bait puisiku dengan gerak tubuh
Hurup-hurupnya adalah tatapan mata, debaran hati dan denyut nadi
Maka berbahagialah bagi siapapun yang dapat membaca puisiku
Karena diam adalah bahasa terdalam
Puisiku puisi kehidupan
Puisiku puisi kenyataan
Terberkatilah bagi siapapun yang dapat mengambil hikmah
Karena nanti di padang ma’syar puisiku akan dibacakan

Jumat, 05 Maret 2010

KRIIING !

Kriiing ! dering telpon kuangkat
Ada kamu disana menyapa "Hallo"
Sudah setahun ini kau baru menghubungiku
"Ada apa?" aku bertanya
Ada kesedihan kutahu dari nada bicaramu
Kamupun bercerita
Tentang rumah tanggamu yang tak bahagia
tentang suami yang jarang pulang
Tentang nafkah lahir batin yang kekurangan
"Aku ingin cerai saja" katamu menangis terseduh
Dan dengan ibanya kamu berkata "aku ingin kembali padamu"
Setahun yang lalu, kaupun tahu
Betapa besar cintaku padamu
Betapa sakitnya hatiku saat kau pergi
Betapa hidup kurasa tak berarti
tapi sekarang segalanya telah berubah
Dan aku telah jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya

Selasa, 16 Februari 2010

RUANG HATI

Maukah kamu menunjukan jalan kepadaku
Jalan menuju ruang ajaib bernama hatimu
Yang aku tahu disana aku bisa meliahat luasnya dunia dan indahnya hidup
aku juga bisa mendengar nyanyian bidadari kecil dari
taman sorgawi
Lagunya tentang harapan dan cinta
Kalau aku telah sampai di sana, maukah kamu membukakan pintunya untukku
Tak perlu terburu-buru karena aku mau menunggu
Kalau masih ada ruang kosong, sebuah kamar atau tak apalah kalau yang tersisa hanya cela di ruang tamu
Izinkan aku untuk singgah, menginap atau tinggal untuk selamanya

PESTA KAUM PECUNDANG

Kita kuliti kulit saudara sendiri
Kita minum darah, darah saudara kita
Jerit tangis adalah lagu dalam pesta, pesta kita
Mari tuan mari pesta baru saja dimulai
Selagi masih ada peluru, amis darah dan mesiu
Kesombongan kita tak akan musnah
Mari tuan mari
Nyanyikan lagu kematian
Untuk mereka yang mati
Untuk jiwa kita yang mati

TERBELENGGU

Terbelenggu gerak jawaku
Oleh nafsu yang mengikat
Oleh cinta yang membutakan
Oleh segala keinginan
Mungkin mata hatiku telah buta
Oleh gemerlap warna dunia
Gemerlap yang melemahkan hasrat kejiwaan
Hasrat dari roh ketuhanan
Wahai diri aku bertanya
Sampai dimana engkau terlena
Akankah sampai waktunya tiba
Hingga engkau kembali menjadi tanah
Jiwaku yang malang terbelenggu sang badan
Menangis ia dalam penyesalan
Mengapa aku dijadikan
Aku, katanya
Ingin kembali dalam pangkuan
Dalam kesucian di hadapan Tuhan

SERPIHAN RINDU

Sa’at kerinduan tiba-tiba datang tanpa dapat kutampik
Menyeruak masuk di lerung hati Tanpa permisi
Kepadamu, ya kepadamu
Semuanya terbayang jelas dalam ingatan
Tawamu, tawaku
Candamu, candaku
Sedihmu, sedihku
Marahmu, marahku
Tanpa memberi ruang bagi rasa benci dan dendam
Seolah-olah baru saja kemarin kita berjumpa
Dan sa’at kembali kusadari betapa sang waktu begitu cepat berganti
Adakah satu saja yang layak untuk kita kenang
Atau layak untuk kita banggakan
Sa’at kita muda, sa’at semua terasa begitu mudah
Pada sa’at kini kita merasa begitu tua
Ah betapa pilu hatiku, kenapa sang waktu tak mau menunggu
Jakarta, 15 February 2010

Rindu ini bahasa hati
Benih cinta dari timbunan sejarah
Andai saja sang waktu mau berbalik arah
Akan kupahat ornamen-ornamen indah di dinding sejarah
Dan pada sa'atnya nanti akan aku ceritakan pada dunia
Yang baik-baik tentangmu
Yang indah-indah tentang kita
Biar semua tahu, betapa sangat berartinya dirimu bagiku
Jakarta, 16 February 2010

Sahabat, kutulis puisi ini untukmu
Sebagai panggilan jiwa, pelepas kerinduan
Sebagai kabar berita, masih ada namamu di hatiku
Dan 'kan selalu kujaga di sepanjang masa, di sisa umurku
Dan pada sa'atnya nanti kuingin kembali bertemu
Denganmu, ya denganmu
Jakarta, 17 February 2010

Minggu, 14 Februari 2010

SANG WAKTU

Di usia mudamu...
Kamu terlalu angkuh untuk sekedar memperhatikan langkahku
Kamu acuhkan detik demi detik yang aku beri
Sangkamu itu salah, kalau kau anggap aku diam saja
Ketahuilah wahai dikau, aku ini pencemburu
Di usia senjamu...
Kau datangi aku dengan tangisan dan penyesalan
Meminta kepadaku untuk mengulang kembali detik demi detik yang telah terbuang
Pada saat itu aku teringat bagaimana sakitnya hatiku sa'at kau campakan
Ketahuilah wahai dikau, bahwa aku sangat pendendam
Aku ini sang waktu
Langkahku pelan merambat bagi mereka yang terbuai oleh mimpi-mimpi
Gerakku tak terukur bagi mereka yang sadar bahwa aku sang waktu tak pernah memberi ampun

DUH (Celoteh)

Duh kamu kok ya cuek bebek
Aku sudah pasang aksi kamu tak bereksi
Kurang apa aku coba?
Kurang ganteng? iya
Tajir? Apa lagi
Kurang segala-galanya? Pasti
Jadi… terimalah aku apa adanya
Bukan maksud untuk bernegosiasi, toh aku bukan diplomat
Kamu jangan terlalu bermimpi mencari yang lebih baik
Boleh saja bermimpi tapi masalahnya jodoh kamu ya aku
Merayu? Tidak. Karena aku bukan pembual
Sumpah aku tidak punya bakat jadi penipu
Tidak percaya? Di keluargaku tidak ada tuh yang jadi koruptor
So pasti karena tidak ada satupun yang jadi pejabat
Kalau ada aku tidak menjamin, soalnya korupsi enak sih
Tidak percaya? Lah itu buktinya banyak pejabat yang takut sama KPK
Jadi apa lagi yang kamu tunggu? Terima saja cintaku
Apa susahnya sih tidak bayar ini
Ya anggap saja tidak ada rotan akarpun jadi
Kok marah? Kamu merasa terhina?
Jangan sensi kayak anggota dewan dong
Eh maaf kayak anak TK
Ya sudah kalau tidak mau ya tidak apa-apa
Aku hanya ngasih saran bok ya jangan keki begitu
Tapi ingat kiamat sudah dekat, aku cuma mengingatkan
Duh kamu ya kayak pejabat mesti harus selalu diingatkan
Iya sih mereka suka lupa diri keenakan
Saat datang waktu suksesi baru ribut-ribut lagi obral janji, habis jadi, lupa lagi begitu seterusnya kayak kemidi putar
Aku gila katamu? Tidak, aku tidak gila
Kalau tergila-gila sama kamu iya
Duh dia malah pergi……
Ya sudah
Tamat

Kamis, 11 Februari 2010

MILIK SIAPA?

Ingin kubelai hitam rambutmu
Kutelusuri dengan jemariku
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Rambut ini milik siapa?
Ingin kutatap bening matamu
Kan kuresapi pancaran cahayanya
Kuhayati segala harapan dan pesonanya
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Mata ini milik siapa?
Kalau boleh aku meminta
Izinkan aku mencium keningmu, kedua pipimu dan mengecup lembut bibirmu
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Semua itu milik siapa?
Sekali lagi aku meminta
Izinkan aku memeluk dirimu
Agar aku bisa merasakan hangatnya cintamu
Biarkan aku terpaku oleh segalamu, larut dalam eksistensi pesonamu
Dan nanti padamu aku akan bertanya
dirimu milik siapa?

Rabu, 10 Februari 2010

DASAR MALING

Kamu yang mengendap-endap di tengah malam buta
Menyelinap di ketenangan hatiku
Berkeliaran di dalam benakku
Mengobrak-abrik pikiranku
Merampok waktu istirahatku
Pada saat mentari pagi tiba
Pada saat itu aku sadari
Hatiku telah kamu curi
Malam ini aku sudah siap berjaga-jaga
Tak mau aku kecolongan untuk yang kedua kalinya
Kututup rapat semua pintu dan jendela ruang hatiku
Tapi entah bagaimana caranya
Di pagi hari berikutnya kembali aku sadari
Kini jiwaku yang kamu curi
Malam ketiga, aku lebih waspada dari sebelumnya
Kubacakan do’a dan mantra-mantra
Kutaburkan kembang tujuh rupa
Tak lupa dupa dan kemenyan aku bakar
Belajar dari pengalaman dua malam sebelumnya
Aku hampir yakin kamu sejenis jin atau siluman
Tapi apa yang terjadi....
Mungkin ini sudah suratan nasibku
Atau barangkali karena do’a dan mantra yang aku baca tadi malam salah
Boleh jadi kamu lebih sakti dari yang aku kira
Nyatanya pagi ini kembali aku sadari
Sekarang cintaku yang kamu curi
Dasar maling!!!!

15 JUNI 2009

Siang di teriknya matahari
Hari itu 15 juni di bunderan HI
Kulihat seorang aktifis, sahabat lamaku
Kusapa ia, kujabat tangannya
Basa-basi sejenak terus berlalu
Karena kami sama-sama dikejar waktu
Hari itu 15 juni
Kulihat seorang aktifis, sahabat lamaku
Ia masih bergelut dengan idealisme dan demonstrasi
Sedang aku sedang bergelut mempertahankan sisa-sisa jatidiriku
Tengah malam ketika kuingat lagi ia, sahabat lamaku
Kusadari betapa cepat manusia berubah
Aku bercermin, ah aku tak lagi muda
Idealisme terkoyak
Jatidiri terjual
Pada saat itu aku bertanya, siapa aku?
(to slim)

AYAT-AYAT CINTA

Di tengah kesunyian malam
Di saat aku merasa lelah mencari cinta dan kasih sayang
Di saat itu aku berpaling pada-Mu
“Wahai Dikau. Di antara bintang-gemintang, cahaya rembulan, di luasnya jagat raya, dimanakah cinta-Mu Engkau simpan?”
Di sorat tatap pandang-Mu, aku lihat kekecewaan yang begitu dalam
Di saat itu Engkau bertanya padaku
“Di setiap tarikan nafasmu, detak jantungmu, denyut nadimu, di setiap gerak langkah hidupmu, di bagian manakah yang tidak kamu temui? Belum cukupkah ayat-ayat cinta yang Aku beri?”
“Di pagi hari yang cerah,
Di siang hari yang membawa kehidupan,
Di tenangnya malam yang membawa kedamaian,
Di setiap peristiwa dalam kehidupan
Di bagian manakah yang tidak kamu temui? Belum cukupkah ayat-ayat cinta yang Aku beri?”
Oh Tuhan maafkan aku

Kamis, 07 Januari 2010

REDUP

Redup cahaya di hati
Terkulai jiwa, remuk dan mati rasa
Bahkan setetes cinta tak mampu usap luka
Luka ini lukamu
Luka ini lukaku
Mencoba bertahan di simpang jalan
Saat engkau menyeka air mata “Selamat berpisah”
“Beri sedikit waktu” Kataku
Tapi kau tetap berlalu
Satu pentas ditutup setelah redup
Sisakan derita-derita bagi pemujanya
Sisakan luka-luka bagi hambanya
Apa ini?
Mengapa kini?
Cinta? Kita sama tak mengerti
Satu pentas ditutup setelah redup