Laman

Selasa, 16 Februari 2010

RUANG HATI

Maukah kamu menunjukan jalan kepadaku
Jalan menuju ruang ajaib bernama hatimu
Yang aku tahu disana aku bisa meliahat luasnya dunia dan indahnya hidup
aku juga bisa mendengar nyanyian bidadari kecil dari
taman sorgawi
Lagunya tentang harapan dan cinta
Kalau aku telah sampai di sana, maukah kamu membukakan pintunya untukku
Tak perlu terburu-buru karena aku mau menunggu
Kalau masih ada ruang kosong, sebuah kamar atau tak apalah kalau yang tersisa hanya cela di ruang tamu
Izinkan aku untuk singgah, menginap atau tinggal untuk selamanya

PESTA KAUM PECUNDANG

Kita kuliti kulit saudara sendiri
Kita minum darah, darah saudara kita
Jerit tangis adalah lagu dalam pesta, pesta kita
Mari tuan mari pesta baru saja dimulai
Selagi masih ada peluru, amis darah dan mesiu
Kesombongan kita tak akan musnah
Mari tuan mari
Nyanyikan lagu kematian
Untuk mereka yang mati
Untuk jiwa kita yang mati

TERBELENGGU

Terbelenggu gerak jawaku
Oleh nafsu yang mengikat
Oleh cinta yang membutakan
Oleh segala keinginan
Mungkin mata hatiku telah buta
Oleh gemerlap warna dunia
Gemerlap yang melemahkan hasrat kejiwaan
Hasrat dari roh ketuhanan
Wahai diri aku bertanya
Sampai dimana engkau terlena
Akankah sampai waktunya tiba
Hingga engkau kembali menjadi tanah
Jiwaku yang malang terbelenggu sang badan
Menangis ia dalam penyesalan
Mengapa aku dijadikan
Aku, katanya
Ingin kembali dalam pangkuan
Dalam kesucian di hadapan Tuhan

SERPIHAN RINDU

Sa’at kerinduan tiba-tiba datang tanpa dapat kutampik
Menyeruak masuk di lerung hati Tanpa permisi
Kepadamu, ya kepadamu
Semuanya terbayang jelas dalam ingatan
Tawamu, tawaku
Candamu, candaku
Sedihmu, sedihku
Marahmu, marahku
Tanpa memberi ruang bagi rasa benci dan dendam
Seolah-olah baru saja kemarin kita berjumpa
Dan sa’at kembali kusadari betapa sang waktu begitu cepat berganti
Adakah satu saja yang layak untuk kita kenang
Atau layak untuk kita banggakan
Sa’at kita muda, sa’at semua terasa begitu mudah
Pada sa’at kini kita merasa begitu tua
Ah betapa pilu hatiku, kenapa sang waktu tak mau menunggu
Jakarta, 15 February 2010

Rindu ini bahasa hati
Benih cinta dari timbunan sejarah
Andai saja sang waktu mau berbalik arah
Akan kupahat ornamen-ornamen indah di dinding sejarah
Dan pada sa'atnya nanti akan aku ceritakan pada dunia
Yang baik-baik tentangmu
Yang indah-indah tentang kita
Biar semua tahu, betapa sangat berartinya dirimu bagiku
Jakarta, 16 February 2010

Sahabat, kutulis puisi ini untukmu
Sebagai panggilan jiwa, pelepas kerinduan
Sebagai kabar berita, masih ada namamu di hatiku
Dan 'kan selalu kujaga di sepanjang masa, di sisa umurku
Dan pada sa'atnya nanti kuingin kembali bertemu
Denganmu, ya denganmu
Jakarta, 17 February 2010

Minggu, 14 Februari 2010

SANG WAKTU

Di usia mudamu...
Kamu terlalu angkuh untuk sekedar memperhatikan langkahku
Kamu acuhkan detik demi detik yang aku beri
Sangkamu itu salah, kalau kau anggap aku diam saja
Ketahuilah wahai dikau, aku ini pencemburu
Di usia senjamu...
Kau datangi aku dengan tangisan dan penyesalan
Meminta kepadaku untuk mengulang kembali detik demi detik yang telah terbuang
Pada saat itu aku teringat bagaimana sakitnya hatiku sa'at kau campakan
Ketahuilah wahai dikau, bahwa aku sangat pendendam
Aku ini sang waktu
Langkahku pelan merambat bagi mereka yang terbuai oleh mimpi-mimpi
Gerakku tak terukur bagi mereka yang sadar bahwa aku sang waktu tak pernah memberi ampun

DUH (Celoteh)

Duh kamu kok ya cuek bebek
Aku sudah pasang aksi kamu tak bereksi
Kurang apa aku coba?
Kurang ganteng? iya
Tajir? Apa lagi
Kurang segala-galanya? Pasti
Jadi… terimalah aku apa adanya
Bukan maksud untuk bernegosiasi, toh aku bukan diplomat
Kamu jangan terlalu bermimpi mencari yang lebih baik
Boleh saja bermimpi tapi masalahnya jodoh kamu ya aku
Merayu? Tidak. Karena aku bukan pembual
Sumpah aku tidak punya bakat jadi penipu
Tidak percaya? Di keluargaku tidak ada tuh yang jadi koruptor
So pasti karena tidak ada satupun yang jadi pejabat
Kalau ada aku tidak menjamin, soalnya korupsi enak sih
Tidak percaya? Lah itu buktinya banyak pejabat yang takut sama KPK
Jadi apa lagi yang kamu tunggu? Terima saja cintaku
Apa susahnya sih tidak bayar ini
Ya anggap saja tidak ada rotan akarpun jadi
Kok marah? Kamu merasa terhina?
Jangan sensi kayak anggota dewan dong
Eh maaf kayak anak TK
Ya sudah kalau tidak mau ya tidak apa-apa
Aku hanya ngasih saran bok ya jangan keki begitu
Tapi ingat kiamat sudah dekat, aku cuma mengingatkan
Duh kamu ya kayak pejabat mesti harus selalu diingatkan
Iya sih mereka suka lupa diri keenakan
Saat datang waktu suksesi baru ribut-ribut lagi obral janji, habis jadi, lupa lagi begitu seterusnya kayak kemidi putar
Aku gila katamu? Tidak, aku tidak gila
Kalau tergila-gila sama kamu iya
Duh dia malah pergi……
Ya sudah
Tamat

Kamis, 11 Februari 2010

MILIK SIAPA?

Ingin kubelai hitam rambutmu
Kutelusuri dengan jemariku
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Rambut ini milik siapa?
Ingin kutatap bening matamu
Kan kuresapi pancaran cahayanya
Kuhayati segala harapan dan pesonanya
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Mata ini milik siapa?
Kalau boleh aku meminta
Izinkan aku mencium keningmu, kedua pipimu dan mengecup lembut bibirmu
Dan nanti padamu aku akan bertanya
Semua itu milik siapa?
Sekali lagi aku meminta
Izinkan aku memeluk dirimu
Agar aku bisa merasakan hangatnya cintamu
Biarkan aku terpaku oleh segalamu, larut dalam eksistensi pesonamu
Dan nanti padamu aku akan bertanya
dirimu milik siapa?

Rabu, 10 Februari 2010

DASAR MALING

Kamu yang mengendap-endap di tengah malam buta
Menyelinap di ketenangan hatiku
Berkeliaran di dalam benakku
Mengobrak-abrik pikiranku
Merampok waktu istirahatku
Pada saat mentari pagi tiba
Pada saat itu aku sadari
Hatiku telah kamu curi
Malam ini aku sudah siap berjaga-jaga
Tak mau aku kecolongan untuk yang kedua kalinya
Kututup rapat semua pintu dan jendela ruang hatiku
Tapi entah bagaimana caranya
Di pagi hari berikutnya kembali aku sadari
Kini jiwaku yang kamu curi
Malam ketiga, aku lebih waspada dari sebelumnya
Kubacakan do’a dan mantra-mantra
Kutaburkan kembang tujuh rupa
Tak lupa dupa dan kemenyan aku bakar
Belajar dari pengalaman dua malam sebelumnya
Aku hampir yakin kamu sejenis jin atau siluman
Tapi apa yang terjadi....
Mungkin ini sudah suratan nasibku
Atau barangkali karena do’a dan mantra yang aku baca tadi malam salah
Boleh jadi kamu lebih sakti dari yang aku kira
Nyatanya pagi ini kembali aku sadari
Sekarang cintaku yang kamu curi
Dasar maling!!!!

15 JUNI 2009

Siang di teriknya matahari
Hari itu 15 juni di bunderan HI
Kulihat seorang aktifis, sahabat lamaku
Kusapa ia, kujabat tangannya
Basa-basi sejenak terus berlalu
Karena kami sama-sama dikejar waktu
Hari itu 15 juni
Kulihat seorang aktifis, sahabat lamaku
Ia masih bergelut dengan idealisme dan demonstrasi
Sedang aku sedang bergelut mempertahankan sisa-sisa jatidiriku
Tengah malam ketika kuingat lagi ia, sahabat lamaku
Kusadari betapa cepat manusia berubah
Aku bercermin, ah aku tak lagi muda
Idealisme terkoyak
Jatidiri terjual
Pada saat itu aku bertanya, siapa aku?
(to slim)

AYAT-AYAT CINTA

Di tengah kesunyian malam
Di saat aku merasa lelah mencari cinta dan kasih sayang
Di saat itu aku berpaling pada-Mu
“Wahai Dikau. Di antara bintang-gemintang, cahaya rembulan, di luasnya jagat raya, dimanakah cinta-Mu Engkau simpan?”
Di sorat tatap pandang-Mu, aku lihat kekecewaan yang begitu dalam
Di saat itu Engkau bertanya padaku
“Di setiap tarikan nafasmu, detak jantungmu, denyut nadimu, di setiap gerak langkah hidupmu, di bagian manakah yang tidak kamu temui? Belum cukupkah ayat-ayat cinta yang Aku beri?”
“Di pagi hari yang cerah,
Di siang hari yang membawa kehidupan,
Di tenangnya malam yang membawa kedamaian,
Di setiap peristiwa dalam kehidupan
Di bagian manakah yang tidak kamu temui? Belum cukupkah ayat-ayat cinta yang Aku beri?”
Oh Tuhan maafkan aku