Yang selalu terbayang dalam ingatan:
Pemilik mata yang bercahaya
Pemilik senyum yang indah
Pemilik gemericik suara dan tawa
Tidakah kau tau ada hati yang terusik
Ada rindu yang berbisik
Ada jiwa yang memanggil
Ada aku yang jatuh cinta padamu
Teduh sinar wajahmu meneduhkan hatiku
Seperti air yang mengalir, sejuk menyentuh lerung jiwa
Secepat ini tapi aku merasa telah mengenalmu sejak lama
Kaukah itu yang tercipta dari tulang rusukku
Kaukah itu yang akan menemani hidup dan matiku
Kaukah itu alasan kenapa aku diciptakan
Kaukah itu makhluk yang telah dijanjikan Tuhan
Kaukah itu yang akan menjadi bidadariku di surga nanti
May...
Lingkar Sastra
Senin, 10 Desember 2018
Madu Racun
Aku ingin memelukmu dalam segal lupa dan dosa
Meneguk madu dan racun secara bersama sama
Bergumul diantara guyur keringat dan dengus nafas
Sampai terhempas dari langit ke datar bumi
Lalu menangis dalam penyesalan yang panjang
Lalu hal yang sama kembali terulang
Lagi lagi dan lagi, berkali kali
Itukah yang kamu mau, atau mauku
Kita, dijalan yang sama dalam hal lupa dan dosa
Sampai datang kepastian
Akhir dari keraguan menjadi kutukan
Meneguk madu dan racun secara bersama sama
Bergumul diantara guyur keringat dan dengus nafas
Sampai terhempas dari langit ke datar bumi
Lalu menangis dalam penyesalan yang panjang
Lalu hal yang sama kembali terulang
Lagi lagi dan lagi, berkali kali
Itukah yang kamu mau, atau mauku
Kita, dijalan yang sama dalam hal lupa dan dosa
Sampai datang kepastian
Akhir dari keraguan menjadi kutukan
Puisi Malam
Seperti puisi yang kutulis untukmu
Seperti lagu yang kunyanyikan
Seperti harapan yang kusimpan
Seperti do'a do'a yang kupanjatkan
Seperti itulah aku padamu
Seperti puisi, lagu, harapan dan do'a do'aku
Seperti itu juga aku dan kamu
kita hanya satu episode dari mega sejarah
Digilas sang waktu
Digerogoki lupa kemudian hilang ditelan kepikunan
Seperti lagu yang kunyanyikan
Seperti harapan yang kusimpan
Seperti do'a do'a yang kupanjatkan
Seperti itulah aku padamu
Seperti puisi, lagu, harapan dan do'a do'aku
Seperti itu juga aku dan kamu
kita hanya satu episode dari mega sejarah
Digilas sang waktu
Digerogoki lupa kemudian hilang ditelan kepikunan
Rabu, 18 Oktober 2017
Di Ujung Malam
Di ujung malam yang semakin menepi
Kututurkan pada angin kisah tentang
Rindu yang membuncah
Pada nyata bahagia
Sesaat angin menyela kisahku
Padaku ia mengadu
Tentang cintanya yang tak berbalas
Rindunya yang tak berkesudahan
Dan harapannya yang kandas
Kami saling menguatkan walau tak kuat
Kami saling mencoba jadi sandaran walau diri sendiri sebenarnya rapuh
Dan pilu....
Di ujung malam menyambut terang
Kutitipkan salam rinduku padamu wahai kekasih pujaan hati
Yang entah siapa dan dimana dirimu sekarang berada
Kututurkan pada angin kisah tentang
Rindu yang membuncah
Pada nyata bahagia
Sesaat angin menyela kisahku
Padaku ia mengadu
Tentang cintanya yang tak berbalas
Rindunya yang tak berkesudahan
Dan harapannya yang kandas
Kami saling menguatkan walau tak kuat
Kami saling mencoba jadi sandaran walau diri sendiri sebenarnya rapuh
Dan pilu....
Di ujung malam menyambut terang
Kutitipkan salam rinduku padamu wahai kekasih pujaan hati
Yang entah siapa dan dimana dirimu sekarang berada
Sabtu, 12 Agustus 2017
Aku Rindu
Yang kurindu di sepanjang waktu
Menari-nari di benakku
Saat kupejamkan mata
Derai tawanya dekat di telinga
Wangi tubuhnya tercium nyata
Dapat kurasakan lembut jemarinya membelai wajahku
Garis pinggangnya kuraih dan kudekap
Kupeluk erat tubuhnya yang hangat
Tak mau kulepas walau sesaat
Lalu kurasakan hangat nafasnya di wajahku
Kemudian kurasakan lembut bibirnya di bibirku
Aku mabuk kepayang, melayang-layang
Sungguh aku takut untuk membuka mata
Saat kupejamkan mata
Derai tawanya dekat di telinga
Wangi tubuhnya tercium nyata
Dapat kurasakan lembut jemarinya membelai wajahku
Garis pinggangnya kuraih dan kudekap
Kupeluk erat tubuhnya yang hangat
Tak mau kulepas walau sesaat
Lalu kurasakan hangat nafasnya di wajahku
Kemudian kurasakan lembut bibirnya di bibirku
Aku mabuk kepayang, melayang-layang
Sungguh aku takut untuk membuka mata
Bagai Debu
Aku yang tergila-gila
Memeluk semua rasa
Mendekap erat harapan
Aku padamu tak tertahankan
Hatiku cuma satu
Satu-satunya untukmu
Tak perduli seberapa lama lagi
Tak perduli seberat apapun
Dan jika aku harus menunggumu sepanjang sisa umurku
Akan kujalani dengan seikhlas hatiku
Karena aku tanpamu bagai butiran debu
Memeluk semua rasa
Mendekap erat harapan
Aku padamu tak tertahankan
Hatiku cuma satu
Satu-satunya untukmu
Tak perduli seberapa lama lagi
Tak perduli seberat apapun
Dan jika aku harus menunggumu sepanjang sisa umurku
Akan kujalani dengan seikhlas hatiku
Karena aku tanpamu bagai butiran debu
Sabtu, 15 Juli 2017
Belum Ada Judul
Di sembarang waktu kita bertemu
Sejauh jarak yang memisahkan
Tiada arti bila hati sudah terpatri.
Tahukah kamu, apa yang kau rasa,
Aku juga merasakannya.
Anganmu, menjadi anganku.
Harapanmu menjadi bagian dari harapanku.
Dan bila kau rindu padaku,
aku juga merindukanmu.
Dan tidakkah kau tahu dimana rindu kita bertemu?
Dalam sujud do'a mengadu pada-Nya
Di langit ketujuh, do'aku berkata bahwa tiada kesempurnaan diri sebelum aku dan kamu menjadi kita.
Dalam kenyataan bukan hanya angan dan khayal semata.
Sejauh jarak yang memisahkan
Tiada arti bila hati sudah terpatri.
Tahukah kamu, apa yang kau rasa,
Aku juga merasakannya.
Anganmu, menjadi anganku.
Harapanmu menjadi bagian dari harapanku.
Dan bila kau rindu padaku,
aku juga merindukanmu.
Dan tidakkah kau tahu dimana rindu kita bertemu?
Dalam sujud do'a mengadu pada-Nya
Di langit ketujuh, do'aku berkata bahwa tiada kesempurnaan diri sebelum aku dan kamu menjadi kita.
Dalam kenyataan bukan hanya angan dan khayal semata.
Selasa, 30 Agustus 2016
Minggu, 28 Agustus 2016
Sabtu, 27 Agustus 2016
Teruntuk Peri Kecil Penyelamat
Gerak langkahmu mengkhAwatirkanku
aku tahu, diRi ini bukan seorAng panutan
Yang dapat dijadikan teladan Untukmu
tApi jangan kau ragukaN rasaku paDamu
rasa sayang yang tak terbIlang, lebih daRi yang diucApkan.
Gapailah apapun yAng kau mau
aku sepeRti yang kau tahu, selAlu berharapkan Yang terbaik bagimU
kepakan sAyapmu, jelajahi luasNya angkasa, tapaki Dunia seIsinya, kau bebas peRgi kemanapun kAu suka.
carilah cermin diri, ambil hikmah di balik peristiwa, ada pelajaran di setiap kejadian.
dan jika suatu saat engkau lelah dan ingin pulang kuharap engkau tahu tempat kembalimu
***
Teruntuk peri kecilku yang mocil.
Jakarta 26 mei 2016
aku tahu, diRi ini bukan seorAng panutan
Yang dapat dijadikan teladan Untukmu
tApi jangan kau ragukaN rasaku paDamu
rasa sayang yang tak terbIlang, lebih daRi yang diucApkan.
Gapailah apapun yAng kau mau
aku sepeRti yang kau tahu, selAlu berharapkan Yang terbaik bagimU
kepakan sAyapmu, jelajahi luasNya angkasa, tapaki Dunia seIsinya, kau bebas peRgi kemanapun kAu suka.
carilah cermin diri, ambil hikmah di balik peristiwa, ada pelajaran di setiap kejadian.
dan jika suatu saat engkau lelah dan ingin pulang kuharap engkau tahu tempat kembalimu
***
Teruntuk peri kecilku yang mocil.
Jakarta 26 mei 2016
Rinduku Padamu 5
Dirajam rindu yg tak berkesudahan
Rindu pada kekasih pujaan hati
Rindu ini seumpama udara yang kuhirup setiap hari
Kehadirannya, meyakinkanku bahwa aku masih ada
Tanpanya kan mematikan gerak detak jantungku
Rinduku milikmu
Jakarta 14 mei 2016
Rindu pada kekasih pujaan hati
Rindu ini seumpama udara yang kuhirup setiap hari
Kehadirannya, meyakinkanku bahwa aku masih ada
Tanpanya kan mematikan gerak detak jantungku
Rinduku milikmu
Jakarta 14 mei 2016
Rinduku Padamu 4
Dirajam sampai mendendam
Rasanya menghujam semakin dalam
Rasa rindu yang tak berkesudahan
Jakarta 4 mei 2016
Rasanya menghujam semakin dalam
Rasa rindu yang tak berkesudahan
Jakarta 4 mei 2016
Seutuhnya Cintaku
Jika cintaku padamu menuntut pengorbanan akan kukorbankan segalanya
Jika dengan mencintaimu aku harus menderita maka kan kucoba nikmati deritaku
Jika bahagiamu mengharuskan aku mati maka ikhlaskan kematianku
Jika hatiku sudah kau miliki segalaku adalah milikmu.
Jadi jangan kau cemaskan aku.
Jakarta 03 mei 2016
Jika dengan mencintaimu aku harus menderita maka kan kucoba nikmati deritaku
Jika bahagiamu mengharuskan aku mati maka ikhlaskan kematianku
Jika hatiku sudah kau miliki segalaku adalah milikmu.
Jadi jangan kau cemaskan aku.
Jakarta 03 mei 2016
Jumat, 26 Agustus 2016
Hujan Malam ini
Dendam perasaan ini hendak kemana kan kubawa? Dunia terasa sempit karena di manapun aku berada selalu kutemui dirimu di sana. Sepi sendiri aku berjalan di muka bumi karena tanpa dirimu ramainya dunia tak nampak di mata. Siang brlalu begitu cepat, sedang dikala malam sang waktu seakan membeku. Di malam hari aku samakin tersiksa oleh kesendirianku, rindu merajam tak kenal ampun, rasa rinduku padamu.
Jauh sebelum turun hujan, rasa dingin sudah menusuk-nusuk, bukan di tubuh tapi di hatiku. Ketika langit mulai menangis aku berlari di bawah derai air hujan. Kutengadakan wajahku ke langit, kurentangkan kedua tanganku menyambut tetes demi tetes air hujan. Dengan penuh harap aku berkata "hujan basahi jiwaku, kumohon". Tubuhku basah kuyup, tapi jiwaku masih seperti tanah kering di musim kemarau panjang, gersang.
Malam semakin larut, hujan semakin kencang menerpah tubuhku. Kemudian diantara deru angin, gemuruh dan sambaran petir aku paksakan diriku untuk bernyanyi. Kucari lagu cinta penuh bahagia. Namun diantara amuk alam semesta suaraku terdengar seperti ratap harap keputus-asaan. Aku limbung, jatuh dan berlutut di atas tanah basah.
Malam ini, kutitipkan sebaris do'a pada para malaikat pembawa air hujan "Tuhan tolong aku, kekasihku dan semua orang-orang yang sedang kasmaran, jangan buat kami gila karna cinta seperti khois dalam kisah Laila dan Majnun, legenda dari Arabiyah.
Jakarta 25/04/2016
Jauh sebelum turun hujan, rasa dingin sudah menusuk-nusuk, bukan di tubuh tapi di hatiku. Ketika langit mulai menangis aku berlari di bawah derai air hujan. Kutengadakan wajahku ke langit, kurentangkan kedua tanganku menyambut tetes demi tetes air hujan. Dengan penuh harap aku berkata "hujan basahi jiwaku, kumohon". Tubuhku basah kuyup, tapi jiwaku masih seperti tanah kering di musim kemarau panjang, gersang.
Malam semakin larut, hujan semakin kencang menerpah tubuhku. Kemudian diantara deru angin, gemuruh dan sambaran petir aku paksakan diriku untuk bernyanyi. Kucari lagu cinta penuh bahagia. Namun diantara amuk alam semesta suaraku terdengar seperti ratap harap keputus-asaan. Aku limbung, jatuh dan berlutut di atas tanah basah.
Malam ini, kutitipkan sebaris do'a pada para malaikat pembawa air hujan "Tuhan tolong aku, kekasihku dan semua orang-orang yang sedang kasmaran, jangan buat kami gila karna cinta seperti khois dalam kisah Laila dan Majnun, legenda dari Arabiyah.
Jakarta 25/04/2016
Rinduku Padamu 3
Saat kerinduan menghujam
Menikamku dari segala penjuru
Aku terkapar dalam kesendirianku
Hati ini menjerit, mengerang tersiksa
Teriakan tanpa suara di dalam jiwa memanggil sebuah nama
Mayna....! Mayna....! Mayna...!
Maynaku sayang, tidakkah kau rasakan suara hatiku, suara jiwaku memanggil-manggil namamu?
Aku yang sendiri ditikam sepi
Jakarta 11/04/ 2016
Menikamku dari segala penjuru
Aku terkapar dalam kesendirianku
Hati ini menjerit, mengerang tersiksa
Teriakan tanpa suara di dalam jiwa memanggil sebuah nama
Mayna....! Mayna....! Mayna...!
Maynaku sayang, tidakkah kau rasakan suara hatiku, suara jiwaku memanggil-manggil namamu?
Aku yang sendiri ditikam sepi
Jakarta 11/04/ 2016
Rinduku Padamu 2
Rinduku padamu bagai bara api di dadaku
Membakar, menghanguskan
Panas perih kutanggung setiap hari
Menjerit-jerit jiwaku memanggil-manggil namamu
Mayna! Mayna! Maynakuuu...!!!
Jakarta 07/04/2016
Membakar, menghanguskan
Panas perih kutanggung setiap hari
Menjerit-jerit jiwaku memanggil-manggil namamu
Mayna! Mayna! Maynakuuu...!!!
Jakarta 07/04/2016
Rinduku Padamu
Kerinduan
Kala rindu meraja, bertahta
Ada banyak rasa yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata
Diantara kita hanya bisa diam saling memandang
Bersitatap mata menelusuri kedalaman jiwa
Disana, di diriku ada dirimu, di dirimu ada diriku
Rindu ini tak 'kan pernah terobati
Rasa sayang tak pernah hilang
Rasa cinta selalu membuncah
Lalu aku dan kamu melebur menjadi satu
Menjadi kita dalam mahabbah, kauf dan raja' Jakarta
Jakarta 16/02/2016
Kala rindu meraja, bertahta
Ada banyak rasa yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata
Diantara kita hanya bisa diam saling memandang
Bersitatap mata menelusuri kedalaman jiwa
Disana, di diriku ada dirimu, di dirimu ada diriku
Rindu ini tak 'kan pernah terobati
Rasa sayang tak pernah hilang
Rasa cinta selalu membuncah
Lalu aku dan kamu melebur menjadi satu
Menjadi kita dalam mahabbah, kauf dan raja' Jakarta
Jakarta 16/02/2016
Catatan
Ada banyak alasan untuk menyalahkan keadaan, itulah manusia.
Ada banyak cara untuk melampiaskan amarah dan dendam, itulah manusia.
Ada banyak media untuk menunjukan kesedihan, itulah manusia.
Namun hanya ada satu cara untuk menunjukan rasa cinta, keikhlasan.
Ikhlas memberi dan menerima.
Cinta itu anugerah.
Dia datang tanpa diundang.
Dia hadir tanpa dipanggil.
Cinta itu anugerah.
Tak 'kan pergi walau diusir.
Hati itu bagai jam pasir. Butiran-butiran pasir di dalamnya adalah perasaan-perasaan yang dimiliki umat manusia. Ada perasaan senang, sedih, iri, benci, bahagia, merana, suka, duka, cinta dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan itu dibolak-balik, dihadirkan dalam setiap keadaan, situasi dan kondisi. Lalu siapakah yang memiliki kuasa atas hati umat manusia, yang membolak-balikan isi hati umat manusia? Dia adalah pencipta alam semesta.
Jika ada seseorang yang menjanjikan kebahagiaan kepada orang lain maka orang itu bisa disebut sebagai pembohong besar. Orang yang menjanjikan kebagiaan kepada orang lain maka orang tersebut merasa memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebahagiaan di hatinya disetiap detak detik dalam hidupnya. Adakah orang yang memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebahagiaan di hatinya di setiap detik dalam hidupnya? Tidak ada! Lalu bagaimana mungkin seseorang dapat memberi jaminan kebahagiaan bagi orang lain sedangkan bagi diri sendirinya saja tidak mampu.
Pertanyaannya, kita ini korban atau pelaku. Bila kita sering dijanjikan kebahagiaan oleh pasangan kita berarti kita jadi korban kebohongan. Pasangan kita itu bisa kita tuntut telah melanggar pasal penipuan dalam hukum pidana. Jika kita sering menjanjikan kebahagiaan kepada pasangan kita itu artinya kita sebagai pelaku. Akibatnya kitalah yang nantinya dituntut oleh pasangan kita sendiri. Hukumannya lumayan tuh kalau tidak salah maksimal 5 tahun penjara.
Dari soal perasaan kenapa sampai nyangkut ke soal penjara sih? Entahlah. Mungkin karena pada hari ini si penulis mengalami hari yang aneh.
Jakarta 11/02/2016
Ada banyak cara untuk melampiaskan amarah dan dendam, itulah manusia.
Ada banyak media untuk menunjukan kesedihan, itulah manusia.
Namun hanya ada satu cara untuk menunjukan rasa cinta, keikhlasan.
Ikhlas memberi dan menerima.
Cinta itu anugerah.
Dia datang tanpa diundang.
Dia hadir tanpa dipanggil.
Cinta itu anugerah.
Tak 'kan pergi walau diusir.
Hati itu bagai jam pasir. Butiran-butiran pasir di dalamnya adalah perasaan-perasaan yang dimiliki umat manusia. Ada perasaan senang, sedih, iri, benci, bahagia, merana, suka, duka, cinta dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan itu dibolak-balik, dihadirkan dalam setiap keadaan, situasi dan kondisi. Lalu siapakah yang memiliki kuasa atas hati umat manusia, yang membolak-balikan isi hati umat manusia? Dia adalah pencipta alam semesta.
Jika ada seseorang yang menjanjikan kebahagiaan kepada orang lain maka orang itu bisa disebut sebagai pembohong besar. Orang yang menjanjikan kebagiaan kepada orang lain maka orang tersebut merasa memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebahagiaan di hatinya disetiap detak detik dalam hidupnya. Adakah orang yang memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebahagiaan di hatinya di setiap detik dalam hidupnya? Tidak ada! Lalu bagaimana mungkin seseorang dapat memberi jaminan kebahagiaan bagi orang lain sedangkan bagi diri sendirinya saja tidak mampu.
Pertanyaannya, kita ini korban atau pelaku. Bila kita sering dijanjikan kebahagiaan oleh pasangan kita berarti kita jadi korban kebohongan. Pasangan kita itu bisa kita tuntut telah melanggar pasal penipuan dalam hukum pidana. Jika kita sering menjanjikan kebahagiaan kepada pasangan kita itu artinya kita sebagai pelaku. Akibatnya kitalah yang nantinya dituntut oleh pasangan kita sendiri. Hukumannya lumayan tuh kalau tidak salah maksimal 5 tahun penjara.
Dari soal perasaan kenapa sampai nyangkut ke soal penjara sih? Entahlah. Mungkin karena pada hari ini si penulis mengalami hari yang aneh.
Jakarta 11/02/2016
Takdirmu Aku
Pernahkah kau merasa detak jantungmu berpaju lebih cepat, lebih cepat
Atau hatimu berdesir saat kau melihat seorang, seseorang
Aku saat ini,
rasakan itu saat
menatapmu indah wajahmu
Aku saat ini,
rasakan itu saat
menatapmu indah wajahmu
Pernahkah kau bermimpi dan berharap mimpi itu jadi nyata, jadi nyata
Pernahkah kau bermimpi dan berharap mimpi itu jadi nyata, jadi nyata
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
tercipta hanyalah untukku
Jakarta 08/02/2016
Atau hatimu berdesir saat kau melihat seorang, seseorang
Aku saat ini,
rasakan itu saat
menatapmu indah wajahmu
Aku saat ini,
rasakan itu saat
menatapmu indah wajahmu
Pernahkah kau bermimpi dan berharap mimpi itu jadi nyata, jadi nyata
Pernahkah kau bermimpi dan berharap mimpi itu jadi nyata, jadi nyata
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
kenyataan dari mimpiku
Aku saat ini,
yakinkan bahwa kamu
tercipta hanyalah untukku
Jakarta 08/02/2016
Bertahanlah Untukku
Lihatlah langit malam ini dan carilah bintang dengan sinar yang paling redup. Anggaplah bintang itu harapan kita. Sekecil apapun peluang harapan itu terlaksana tapi kita tetap masih memiliki harapan. Kobarkan semangat hidup dan berjuanglah untuk menggapai harapan-harapan yang kita punya. Bencana terbesar umat manusia adalah kehilangan harapan. Orang yang tidak memiliki harapan adalah orang mati sebelum ajal datang
Jakarta 03/02/2016
Jakarta 03/02/2016
Limbung
Hati yang terkoyak-koyak membuat bergetar seluruh raga
Air mata tak dapat dibendung
Kesedian tak dapat ditampung
Jiwa mengerang-erang kesakitan
Sungguh aku tak tahu jalan takdirku
Hendak kemana nasib ini 'kan bermuara
Aku yang tak mengerti
Aku yang sendiri
Dalam sepi mengecap sedih
Aku telan pahitnya kenyataan
Kenyataan yang teramat jauh dari harapan
Lalu kucoba untuk tetap bertahan
Berdiri tegak menantang arus deras cobaan
Kemudian deru badai kembali menerjangku
Deru badai kehilangan kekasih tercinta
Aku limbung, tersungkur lagi untuk kesekian kali
Mungkin kini aku tak sanggup lagi untuk bangkit berdiri
Aku terkapar dalam luka teramat dalam
Diam
Tenang
Menunggu ajal
Jakarta, 26 Januari 2016
Air mata tak dapat dibendung
Kesedian tak dapat ditampung
Jiwa mengerang-erang kesakitan
Sungguh aku tak tahu jalan takdirku
Hendak kemana nasib ini 'kan bermuara
Aku yang tak mengerti
Aku yang sendiri
Dalam sepi mengecap sedih
Aku telan pahitnya kenyataan
Kenyataan yang teramat jauh dari harapan
Lalu kucoba untuk tetap bertahan
Berdiri tegak menantang arus deras cobaan
Kemudian deru badai kembali menerjangku
Deru badai kehilangan kekasih tercinta
Aku limbung, tersungkur lagi untuk kesekian kali
Mungkin kini aku tak sanggup lagi untuk bangkit berdiri
Aku terkapar dalam luka teramat dalam
Diam
Tenang
Menunggu ajal
Jakarta, 26 Januari 2016
Kita
Bersandarlah di dadaku biar kubelai rambutmu
Ceritakan semua rasa yang kau punya
Tertawalah bila kau merasa suka
Tersenyumlah bila kau merasa bahagia
Jadikan aku sebagai sandaran, tempat berbagi keluh-kesah
Jadikan aku tempat berlindung dikala kau merasa takut
Tumpahkan air matamu dalam pelukanku dan jadikan aku bagian dari hidupmu
Kemudian berjanjilah untuk menangis
bersamaku dalam kebahagiaan. Jakarta 22 Januari 2016
Ceritakan semua rasa yang kau punya
Tertawalah bila kau merasa suka
Tersenyumlah bila kau merasa bahagia
Jadikan aku sebagai sandaran, tempat berbagi keluh-kesah
Jadikan aku tempat berlindung dikala kau merasa takut
Tumpahkan air matamu dalam pelukanku dan jadikan aku bagian dari hidupmu
Kemudian berjanjilah untuk menangis
bersamaku dalam kebahagiaan. Jakarta 22 Januari 2016
Asa Diri
Dia yang kucinta
Dia yang kurindu hadir di sisiku
Di kala pagi, siang, sore dan malam hari
Lalu kan kuceritakan pada dunia bahwa kami sangat bahagia
Biarlah seisi dunia iri kepada kami
Kami yang sejiwa, kami yang bahagia
Duhai kekasih belahan hati
Tak luput sedetikpun dirimu dalam benakmu
Seiring gerak jarum jam aku dibuatnya semakin kasmaran
Kepadamu ya kepadamu
Lalu di kala gelap malam kubermunajat dalam do'a-do'a
Semoga pada akhirnya kita kan dipersatuankan dalam tali suci perkawinan
Amien amien ya Robal 'alamin
Jakarta 15/01/2016
Dia yang kurindu hadir di sisiku
Di kala pagi, siang, sore dan malam hari
Lalu kan kuceritakan pada dunia bahwa kami sangat bahagia
Biarlah seisi dunia iri kepada kami
Kami yang sejiwa, kami yang bahagia
Duhai kekasih belahan hati
Tak luput sedetikpun dirimu dalam benakmu
Seiring gerak jarum jam aku dibuatnya semakin kasmaran
Kepadamu ya kepadamu
Lalu di kala gelap malam kubermunajat dalam do'a-do'a
Semoga pada akhirnya kita kan dipersatuankan dalam tali suci perkawinan
Amien amien ya Robal 'alamin
Jakarta 15/01/2016
Dalam Remang Malam
Dalam remang malam, kutafakur
Di atas sejadah usang tak surut tangisku
Air mata, air mata hanyalah sebagian kecil dari bukti kefanaan manusia
Aku tersuruk semakin dalam, dalam kefanahan
Do'a-do'a yang kupanjatkan membaur, memantul membanjiri langit-langit kamarku
Aku harap do'a-do'a itu terselip diantara sayap malaikat lalu terbawa sampai langit ketujuh
Karena aku tahu do'a-do'aku terbebani oleh dosa-dosa
Tak kan sudi malaikat dengan sadar membawanya.
Jakarta 07/01/2016
Di atas sejadah usang tak surut tangisku
Air mata, air mata hanyalah sebagian kecil dari bukti kefanaan manusia
Aku tersuruk semakin dalam, dalam kefanahan
Do'a-do'a yang kupanjatkan membaur, memantul membanjiri langit-langit kamarku
Aku harap do'a-do'a itu terselip diantara sayap malaikat lalu terbawa sampai langit ketujuh
Karena aku tahu do'a-do'aku terbebani oleh dosa-dosa
Tak kan sudi malaikat dengan sadar membawanya.
Jakarta 07/01/2016
Yang Bertahta di Jiwa
Kesendirianku kujalani sepanjang waktu
Karena tanpamu ramainya dunia tak nampak di mata
Aku merindukanmu, sungguh rindu
Aku mencintaimu, sungguh cintaku
Rinduku mendendam
Cintaku membakar
Hangus hati ini dibuatnya
Goyah jiwa ini karenanya
Berlari, kucari tempat sembunyi
Namun disetiap sudut ruang dan waktu yang kutemui hanya dirimu
Aku gelisah diamuk rasa
Aku limbung diterjang nestapa
Lalu aku pun terjatuh sambil memanggil-manggil namamu
Jakarta 05/01/2016
Karena tanpamu ramainya dunia tak nampak di mata
Aku merindukanmu, sungguh rindu
Aku mencintaimu, sungguh cintaku
Rinduku mendendam
Cintaku membakar
Hangus hati ini dibuatnya
Goyah jiwa ini karenanya
Berlari, kucari tempat sembunyi
Namun disetiap sudut ruang dan waktu yang kutemui hanya dirimu
Aku gelisah diamuk rasa
Aku limbung diterjang nestapa
Lalu aku pun terjatuh sambil memanggil-manggil namamu
Jakarta 05/01/2016
Gamang
Langkahku gamang
Menelusuri jalan yang tak kukenal
Dan, dimana akhir dari perjalanan ini aku tak tau.
Gelap
Gelap
Gelap gulita
Hitam
Hitam
Hanya hitam yang terlihat
Pedih
Pedih
Hanya pedih yang kurasakan
Oh Tuhan,
Kini telah mati segumpal darah beku dalam tubuhku; hatiku.
Jakarta 18 Okt. 2015
Menelusuri jalan yang tak kukenal
Dan, dimana akhir dari perjalanan ini aku tak tau.
Gelap
Gelap
Gelap gulita
Hitam
Hitam
Hanya hitam yang terlihat
Pedih
Pedih
Hanya pedih yang kurasakan
Oh Tuhan,
Kini telah mati segumpal darah beku dalam tubuhku; hatiku.
Jakarta 18 Okt. 2015
Dilema
Mata merah dan basah
sebuah mata pisau menempel di atas urat darah tangan kirinya
"Pergi......!" katanya mengancam "Silakan pergi!" kembali ia mengerang dengan nada marah, penuh luka dan putus asa.
Di ambang pintu, aku gamang menatap pada kilat mata pisau itu.
Tas yang aku sandang dipundak makin berat saja rasanya, padahal isinya hanya beberapa setel baju. baju-baju itu seakan berubah menjadi batu yang beratnya berton-ton di pundakku.
Jakarta 29 juli 2015
sebuah mata pisau menempel di atas urat darah tangan kirinya
"Pergi......!" katanya mengancam "Silakan pergi!" kembali ia mengerang dengan nada marah, penuh luka dan putus asa.
Di ambang pintu, aku gamang menatap pada kilat mata pisau itu.
Tas yang aku sandang dipundak makin berat saja rasanya, padahal isinya hanya beberapa setel baju. baju-baju itu seakan berubah menjadi batu yang beratnya berton-ton di pundakku.
Jakarta 29 juli 2015
Demi Masa
Demi masa...
Manusia benar-benar dalam kerugian
Selalu disibukan oleh angan-angan yg menipu
Sangkanya keinginan selalu pasti berubah jadi nyata
Ketahuilah bahwa waktu sering menipu
Menina-bobokan manusia hingga lupa
Bahwa kesempatan bagai kilatan cahaya
Sesaat datang kemudian menghilang
Di akhir masa menikam dalam bentuk penyesalan
Jakarta 08 juli 2015
Waktu Sebelum Subhu
Kau terperangkap di sisa malam yang lalu
Kau tak tahu pada siapa ‘kan mengadu
Pada angin, lintang-lintang, awan atau sisa hujan tadi malam
Kemudian seakan terdengar suara genderang perang yg ditabuh bertalu-talu saat
deru nafas memburu menahan nafsu, amarah, dendam dan ambisi tak tergapai
membaur, memantul, membuat hati yg sesak semakin rusak
Dan suara kebisingan dari arah yg terduga, berjuta-juta harapan, menjejali hati dan pikiran seakan mudah jadi nyata
Kemudian ketika suara azan memanggil
Mengisi kekosongan jiwa atau menangisi
Kau terpaku dalam keheningan, membeku dalam hilang akal.
Waktu sebelum subhu,
Diatas sejadah usang
Dalam sujud yang entah atasnama siapa, atau apa
Kutahu kau menangis
Air matamu bagai hujan deras tadi malam
Entah apa yang kau tangisi atau untuk siapa
Sisa hujan semalam sisakan gerimis, seperti tangisan atas jiwa yg gelisah diatas sejadah usang
Kutahu dalam bisik lirih do'a-do'amu, kau ingin mati muda
Bukan karena putus akan rahmatNya di dunia, tapi karena kerinduanmu padaNya.
Jakarta 17 juni 2015
Kau tak tahu pada siapa ‘kan mengadu
Pada angin, lintang-lintang, awan atau sisa hujan tadi malam
Kemudian seakan terdengar suara genderang perang yg ditabuh bertalu-talu saat
deru nafas memburu menahan nafsu, amarah, dendam dan ambisi tak tergapai
membaur, memantul, membuat hati yg sesak semakin rusak
Dan suara kebisingan dari arah yg terduga, berjuta-juta harapan, menjejali hati dan pikiran seakan mudah jadi nyata
Kemudian ketika suara azan memanggil
Mengisi kekosongan jiwa atau menangisi
Kau terpaku dalam keheningan, membeku dalam hilang akal.
Waktu sebelum subhu,
Diatas sejadah usang
Dalam sujud yang entah atasnama siapa, atau apa
Kutahu kau menangis
Air matamu bagai hujan deras tadi malam
Entah apa yang kau tangisi atau untuk siapa
Sisa hujan semalam sisakan gerimis, seperti tangisan atas jiwa yg gelisah diatas sejadah usang
Kutahu dalam bisik lirih do'a-do'amu, kau ingin mati muda
Bukan karena putus akan rahmatNya di dunia, tapi karena kerinduanmu padaNya.
Jakarta 17 juni 2015
Waktu Sebelum Subhu
Kau terperangkap di sisa malam yang lalu
Kau tak tahu pada siapa ‘kan mengadu
Pada angin, lintang-lintang, awan atau sisa hujan tadi malam
Kemudian seakan terdengar suara genderang perang yg ditabuh bertalu-talu saat
deru nafas memburu menahan nafsu, amarah, dendam dan ambisi tak tergapai
membaur, memantul, membuat hati yg sesak semakin rusak
Dan suara kebisingan dari arah yg terduga, berjuta-juta harapan, menjejali hati dan pikiran seakan mudah jadi nyata
Kemudian ketika suara azan memanggil
Mengisi kekosongan jiwa atau menangisi
Kau terpaku dalam keheningan, membeku dalam hilang akal.
Waktu sebelum subhu,
Diatas sejadah usang
Dalam sujud yang entah atasnama siapa, atau apa
Kutahu kau menangis
Air matamu bagai hujan deras tadi malam
Entah apa yang kau tangisi atau untuk siapa
Sisa hujan semalam sisakan gerimis, seperti tangisan atas jiwa yg gelisah diatas sejadah usang
Kutahu dalam bisik lirih do'a-do'amu, kau ingin mati muda
Bukan karena putus akan rahmatNya di dunia, tapi karena kerinduanmu padaNya.
Jakarta 17 juni 2015
Kau tak tahu pada siapa ‘kan mengadu
Pada angin, lintang-lintang, awan atau sisa hujan tadi malam
Kemudian seakan terdengar suara genderang perang yg ditabuh bertalu-talu saat
deru nafas memburu menahan nafsu, amarah, dendam dan ambisi tak tergapai
membaur, memantul, membuat hati yg sesak semakin rusak
Dan suara kebisingan dari arah yg terduga, berjuta-juta harapan, menjejali hati dan pikiran seakan mudah jadi nyata
Kemudian ketika suara azan memanggil
Mengisi kekosongan jiwa atau menangisi
Kau terpaku dalam keheningan, membeku dalam hilang akal.
Waktu sebelum subhu,
Diatas sejadah usang
Dalam sujud yang entah atasnama siapa, atau apa
Kutahu kau menangis
Air matamu bagai hujan deras tadi malam
Entah apa yang kau tangisi atau untuk siapa
Sisa hujan semalam sisakan gerimis, seperti tangisan atas jiwa yg gelisah diatas sejadah usang
Kutahu dalam bisik lirih do'a-do'amu, kau ingin mati muda
Bukan karena putus akan rahmatNya di dunia, tapi karena kerinduanmu padaNya.
Jakarta 17 juni 2015
Langganan:
Postingan (Atom)