Laman

Rabu, 29 Agustus 2012

JALAN CINTA


Cintaku berjalan di atas takdir sang waktu

Tak 'kan hilang oleh berubahnya zaman dan keadaan

Ini bukan soal bagaimana kita menerima

Tapi bagaimana kita memberi dan memahami cinta

Dan bila mati pintu menuju keabadian

'Kan kuketuk, kupanggil yang dicinta

Rindu ini wahai kekasih bagai api!

Senin, 27 Agustus 2012

PESTA KAUM PECUNDANG


Kita kuliti kulit saudara sendiri
Kita minum darah, darah saudara kita
Jerit tangis adalah lagu dalam pesta, pesta kita
Mari tuan mari pesta baru saja dimulai
Selagi ada peluru, amis darah dan mesiu
Kesombongan kita tak akan musnah
Mari tuan mari
Nyanyikan lagu kematian
Untuk mereka yang mati
Untuk jiwa kita yang mati

Selasa, 21 Agustus 2012

SANG PENGGODA


Halus tanganmu meraba, mendesah
Merayu, mengiba penuh pesona
Tak perduli pelu menalir di pipi, di kening
Dan kerling mata itu mengingatkan aku akan Chori
Saat ada deru menderu menghentak di dadaku, dan lagi tak perduli
Biar setan setan menghampiri
Biar iblis iblis menanti
Biarkan aku

Senin, 20 Agustus 2012

TERBELENGGU

Terbelenggu gerak jawaku
Oleh nafsu yang mengikat
Oleh cinta yang membutakan
Oleh segala keinginan

Mungkin mata hatiku telah buta
Oleh gemerlap warna dunia
Gemerlap yang melemahkan hasrat kejiwaan
Hasrat dari roh ketuhanan
 Wahai diri aku bertanya
Sampai dimana engkau terlena
Akankah sampai waktunya tiba
Hingga engkau kembali menjadi tanah

Jiwaku yang malang terbelenggu sang badan
Menangis ia dalam penyesalan
Mengapa aku dijadikan
Aku, katanya
Ingin kembali dalam pangkuan
Dalam kesucian di hadapan Tuhan

Minggu, 19 Agustus 2012

SELAMANYA


Perasaanku tak 'kan berubah
Seperti sekarang untuk selamanya
Siramilah bunga cintaku
Siramilah bunga cintamu
Seperti sekarang untuk selamanya
Jangan lepaskan genggaman tanganmu
Jangan lepaskan erat pelukanku
Seperti sekarang untuk selamanya
Menyanyilah, menarilah
Buat kita selalu bahagia
Seperti sekarang untuk selamanya

Sabtu, 11 Agustus 2012

PESAN UNTUK ANAK CUCU


Jangan pernah kau nak berharap jadi penyair
Bahasanya tidak pernah dimengerti oleh zamannya
Dihujat sebagai pembual pemain kata-kata
Jangan nak jangan kau impikan
Hidup mereka sepi dalam keramaian
Tidak diterima oleh sesamanya
Tidak diacuhkan oleh zamannya
Tidak sekali-kali tidak
Cukup chairil saja yang jadi tumbal, amir hamzah, aku atau kaumku
Bolehlah kau berharap jadi koruptor setidak tidaknya ada yang mereka banggakan
Jangan sekali kali kau ke alam kami
Karena dunia kami dunia khayalan, kata mereka
Tak ada waktu untuk membela diri saat vonis ini dijatuhkan
Apa hendak dikata, kata kami ini anugerah
Tapi anugerah tidak selamanya mendatangkan kebahagiaan
Karena seperti kataku tadi
Penyair itu selalu hidup dalam kesepian
Tidak diterima oleh sesamanya
Tidak diacuhkan oleh zamannya

Istana Hati

Maukah kamu menunjukan jalan kepadaku

Jalan menuju istana hatimu

Kalau aku telah sampai disana,

Maukah kamu membukakan pintunya untukku

Jangan terburu-buru karena aku mau menunggu

Kalau masih ada ruang kosong, sebuah kamar atau tak apalah kalau yang tersisa hanya cela di ruang tamu

Izinkan aku untuk singgah, menginap atau tinggal untuk selamanya

Dan jika kamu mencari dirimu dalam diriku

Selamilah bening danau mataku

Ikuti arus sungai darahku

Walau lelah jangan berhenti sampai kamu bertemu istana bernama hati

Bukalah pintunya, maka di sana akan kamu temui dirimu bertahta