Laman

Jumat, 26 Agustus 2016

Hujan Malam ini

Dendam perasaan ini hendak kemana kan kubawa? Dunia terasa sempit karena di manapun aku berada selalu kutemui dirimu di sana. Sepi sendiri aku berjalan di muka bumi karena tanpa dirimu ramainya dunia tak nampak di mata. Siang brlalu begitu cepat, sedang dikala malam sang waktu seakan membeku. Di malam hari aku samakin tersiksa oleh kesendirianku, rindu merajam tak kenal ampun, rasa rinduku padamu.

Jauh sebelum turun hujan, rasa dingin sudah menusuk-nusuk, bukan di tubuh tapi di hatiku. Ketika langit mulai menangis aku berlari di bawah derai air hujan. Kutengadakan wajahku ke langit, kurentangkan kedua tanganku menyambut tetes demi tetes air hujan. Dengan penuh harap aku berkata "hujan basahi jiwaku, kumohon". Tubuhku basah kuyup, tapi jiwaku masih seperti tanah kering di musim kemarau panjang, gersang.

Malam semakin larut, hujan semakin kencang menerpah tubuhku. Kemudian diantara deru angin, gemuruh dan sambaran petir aku paksakan diriku untuk bernyanyi. Kucari lagu cinta penuh bahagia. Namun diantara amuk alam semesta suaraku terdengar seperti ratap harap keputus-asaan. Aku limbung, jatuh dan berlutut di atas tanah basah.

Malam ini, kutitipkan sebaris do'a pada para malaikat pembawa air hujan "Tuhan tolong aku, kekasihku dan semua orang-orang yang sedang kasmaran, jangan buat kami gila karna cinta seperti khois dalam kisah Laila dan Majnun, legenda dari Arabiyah.      

Jakarta 25/04/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar